Pages

E Book Kajian Indonesia

Rabu, 08 April 2015

Klik Cover E Book untuk Mengetahui Daftar Isi Full Content














Adrian Vickers
A History of Modern Indonesia
Cambridge University Press (2013)


Indonesia People and Histories













Jean Gelman Taylor
Indonesia
Peoples and Histories
Yale University Press (2003)

The History of Indonesia













Steven Drakeley
The History of Indonesia
(The Greenwood Histories of the Modern Nations) (2005)
 













Soedjatmoko
An Introduction to Indonesian Historiography
Equinox Publishing (2006)

Modern Indonesian Literature _A Teeuw


(Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- En Volkenkunde)
A. Teeuw (auth.)
Modern Indonesian literature
Springer Netherlands (1967)














Krishna Sen, David T. Hill
Media, Culture and Politics in Indonesia
Equinox Publishing (2006)

Java Indonesia and Islam _ Mark Woodward 
(Muslims in Global Societies) 
Mark Woodward
Java, Indonesia and Islam (Muslims in Global Societies Series, 3)
Springer (2011)














K. H. Abdurrahman Wahid
Ilusi Negara Islam
Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia 


100 TOKOH YANG MENGUBAH INDONESIA













Floriberta Aning
100 tokoh yang mengubah indonesia
Biografi singkat seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia
di abad 20

Modernization Tradition and Identity The Kompilasi Hukum Islam_and_Legal_Practice_in_the_Indonesian_Religious_Courts 
Euis Nurlaelawati 
Modernization, Tradition and Identity_
The Kompilasi Hukum Islam and Legal Practice
in the Indonesian Religious Courts-(2010)

http://www.mediafire.com/view/xvtajo4pkco9ot1/Diah_Ariani_Arimbi-_Representation,_Identity_and_Religion_of_Muslim_Women_in_Indonesian_Fiction_%282009%29.docx
Diah Ariani Arimbi
Representation, Identity and 
Religion of Muslim Women in Indonesian Fiction (2009)











Suicide : Bunuh Diri

Sabtu, 04 April 2015




Seorang filsof terkemuka Perancis, Albert Camus (1955) menuliskan kalimat pertama dalam buku The Myth of Sisyphussebagai berikut : The only interesting philosophical question worth asking is suicide.


Bunuh diri menempati salah satu dari sepuluh penyebab teratas kematian di setiap negara, dan merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15- 44 tahun, dan nomor dua untuk kelompok 10 – 24 tahun. Laporan World Health Organization (2000) diperkirakan 1 juta orang melakukan bunuh diri (commit suicide) pada tahun 2000. Sedangkan percobaan bunuh diri diperkirakan 20 – 30 kali lipat kejadiannya.

Di Indonesia, pada tahun 2010 WHO melaporkan angka bunuh diri mencapai 1,6 – 1,8 per 100.000 jiwa. Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh adalah ibarat gunung es, yang tampak hanya puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi.

Dengan semakin majunya peradaban manusia melalui berbagai teknologi ternyata manusia mengalami kerentanan menghadapi diri sendiri maupun lingkungan yang akhirnya bermuara pada tindakan bunuh diri. Kenyataan ini dibuktikan dengan peningkatan angka bunuh diri yang meningkat secara signifikan. Perkiraan WHO memperkirakan pada tahun 2020 angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa dibandingkan 1,8 per 100.000 jiwa di tahun 1998.

Banyak kajian untuk menyingkap fakta fakta mengapa seseorang melakukan tindakan bunuh diri, salah satunya kajian sosiologi. Emile Durkheimdalam bukunya Suicide.  
http://ebooksociologyliterature.blogspot.com/p/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_46.html
Durkheim memperlihatkan analisisnya tentang kekuatan sosial mempengaruhi perilaku manusia. Durkheim melaksanakan penelitian secara cermat, setelah membandingkan angka bunuh diri pada beberapa Negara di Eropa. Durkheim (1897/1966) menemukan bahwa angka bunuh diri di satu negara berbeda dengan negara lain, dan bahwa dari tahun ke tahun, tiap angka tetap stabil secara mencolok. Sebagai contoh, angka bunuh diri dari kaum Protestan, pria, dan mereka yang tidak menikah lebih tinggi dari pada di kalangan orang katolik, Yahudi, perempuan dan mereka yang sudah menikah. Dari sini. Durkheim menarik kesimpulan mendalam bahwa bunuh diri bukanlah semata-mata pada individu yang memutuskan bunuh diri karena alasan pribadi. Faktor sosial memberi peran melandasi tindakan bunuh diri, dan hal ini membuat angka setiap kelompok cukup konstan dari tahun ke tahun. Durkheim mengindentifikasi integrasi sosial, derajat keterikatan manusia pada kelompok sosialnya, sebagai faktor sosial kunci dalam tindakan bunuh diri. Selain itu Durkheim juga memahami fenomena pada masyarakat industri ; yang mengalami hilangnya batas atau bingkai sosial, krisis nilai serta kepercayaan kolektif sehingga memungkinkan untuk melakukan bunuh diri. Durkheim memandang bunuh diri sebagai fakta sosial, bukan fakta individu.

Bertolak belakang dengan kajian Durkheim tentang bunuh diri sebagai suatu gejala social belaka, Albert Camus mencoba melihat hubungan antara pikiran individual dan bunuh diri. “Tindakan bunuh diri ini berawal dari keheningan hati, seperti juga awalnya karya besar. Orangnya sendiri tidak mengetahuinya. Pada suatu malam ia menembak dirinya atau terjun. Mengenai seseoarang pengelola apartemen yang bunuh diri, saya mendengar anak perempuannya meninggal  lima tahun sebelumnya, dan sejak itu ia berubah banyak dan peristiwa itu begitu merongrong perasaannya. Tidak ada peranan masyarakat pada tahap tahap permulaan itu, ulatnya terdapat dalam hati manusia sendiri. Disitulah kita harus mencari, jarang orang bunuh diri karena berpikir, meskipun demikian praduga itu tidak dapat dikesampingkan. Yang mencetuskan krisis batin itu hampir selalu tidak dapat dikendalikan, surat kabar sering menyebut perihal “kesedihan yang sangat pribadi” atau “penyakit yang tidak dapat disembuhkan”. Dalam arti tertentu, bunuh diri seperti dalam melodrama adalah membuat pengakuan. Membunuh diri adalah pengakuan si pelaku bahwa ia telah terkalahkan oleh kehidupan atau bahwa ia tidak mengerti kehidupan, dan merasa depresi, putus asa seakan akan tiada harapan lagi. 

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (QS. Fushshilat : 49). 
Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. (QS Huud : 9)
 
Baru-baru ini 3/4/2015 (Kompas hal.15), Kita dikejutkan berita satu keluarga (ayah, ibu dan seorang anak) tewas karena bunuh diri dengan minum racun, dan meninggalkan pesan tulisan tangan, pesan yang ditujukan kepada keluarga, antara lain berbunyi "Kami pamit dengan cara ini. Maafkan kami. Kami sudah sepakat. Mohonkan maaf kepada semua orang. Kami sudah lelah dan tak ada harapan. Tolong rawat dan makamkan di satu liang". Polisi belum memastikan latar belakang tindakan bunuh diri satu keluarga ini, tetapi diduga akibat masalah ekonomi. Sebelumnya suami, isteri ini bekerja sebagai penyalur obat obatan. Setahun lalu suaminya mengalami pemutusan hubungan kerja.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Az Zumar : 53)


Apakah fenomena bunuh diri karena persoalan himpitan ekonomi, apa kata statistik ? 
http://news.liputan6.com/read/2101345/kasus-bunuh-diri-tertinggi-ada-di-negeri-ini.
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah merilis data statistik tingkat kasus bunuh diri dunia pada Kamis 4 September 2014. Hasilnya, kasus tertinggi terjadi di Negara Guyana, disusul Korea Utara dan Selatan. Guyana yang terletak di pesisir utara Amerika Selatan memiliki tingkat bunuh diri paling tinggi yaitu 44,2 dari setiap 100.000 orang. "Guyana ada di peringkat pertama, lalu Korea Utara dan Selatan berada di posisi kedua dan ketiga.
Dalam laporan global pertama tentang pencegahan bunuh diri, badan kesehatan PBB mengatakan sekitar 75 persen dari kasus bunuh diri terjadi di negara-negara miskin dengan penghasilan ekonomi rakyat yang rendah. Namun kini tingkat bunuh diri yang tinggi juga terjadi di negara-negara yang lebih maju, yakni Korea Selatan dengan angka 28,9 dari 100 ribu orang. Sedangkan Amerika Serikat bersama dengan Australia, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya berada dalam tingkat rata-rata 10 sampai 14,9 persen dari 100 ribu orang.

Jadi faktanya tingkat bunuh diri tertinggi ada di negara miskin dan juga di negara maju, kalau demikian apa persoalannya ? 
http://www.academia.edu/4559660/Bunuh_Diri_Pada_Remaja_dan_Anak
Di Korea menurut data statistik nasional 2010, bunuh diri menjadi penyebab utama kematian pada usia remaja (Park&Chung,2013). Permasalahan akademik seperti masuk perguruan tinggi, kekerasan di sekolah, kegagalan memenuhi ranking dll merupakan katalisator utama yang menyebabkan remaja bunuh diri. Sebanyak 51% remaja melakukan bunuh diri karena permasalahan akademik. 
Selama tahun 2012 di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak menerima 31 kasus bunuh diri pada usia 13-17 tahun, dan 19 orang diantaranya meninggal. Penyebab bunuh diri bisa karena berbagai hal. Di Indonesia dari 31 kasus bunuh diri yang terjadi tahun 2012 diketahui penyebab bunuh diri adalah permasalahan : 13 orang putus cinta, 7 orang karena masalah ekonomi, 8 orang karena ketidakharmonisan keluarga dan 3 kasus masalah akademis. 
Dengan demikian banyak faktor pencetus bunuh diri, dan faktanya permasalahan terbesar kasus bunuh diri di Indonesia adalah putus cinta … hmm sebuah kajian yang menarik untuk kasus di Indonesia. 
Pondok Pesantren Al Qodir Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri LKPBD Kunang2
Komunitas Facebook Stop dan Cegah Bunuh Diri
Suicidology Online

Referensi ebook untuk kajian bunuh diri :


 Suicide Prevention
R. F. W. Diekstra
International Association for Suicide Prevention
Suicide prevention_ a holistic approach  
Springer (1998)
PDF 2.44 MB
254 halaman

Phobia Sosial

Jumat, 02 Januari 2015




Fobia sosial adalah ketakutan yang kuat adanya perasaan merasa selalu dihakimi oleh orang lain dan karenanya menjadi malu. Ketakutan ini bisa begitu kuat sehingga perasaan takut menghantui setiap saat ketika di jalan, akan bekerja, berangkat sekolah, atau melakukan aktivitas sehari hari lainnya.

Setiap orang pernah  merasa cemas atau malu pada satu waktu atau peristiwa  lain. Misalnya, bertemu orang-orang baru atau memberikan pidato publik dapat membuat orang gugup. Tetapi orang-orang dengan fobia sosial khawatir tentang hal ini dan hal-hal lain selama berminggu-minggu sebelum terjadi.

Orang dengan fobia sosial takut melakukan hal-hal yang umum di depan orang lain. Sebagai contoh, mereka mungkin takut untuk menandatanganicek di depan kasirdi toko kelontong, atau mereka mungkin takut untuk makan atau minum di depan orang lain, atau menggunakantoilet umum. Kebanyakan orang yang memiliki fobia sosial tahu bahwa mereka
seharusnya tidak perlu merasa takut  secara berlebihan tetapi mereka tidak dapat mengendalikan rasa takut mereka. Kadang-kadang, mereka akhirnya tinggal jauh daritempat atau peristiwa di mana mereka pikir mereka mungkin harus melakukan sesuatu yang akan mempermalukan mereka. Bagi sebagian orang, fobia sosial adalah masalah hanya dalam situasi tertentu, sementara yang lain memiliki gejala pada hampir semua situasi sosial.
Fobia sosial terkadang berlangsung dalam keluarga, tapi tidak ada yang tahu pasti mengapa beberapa orangmemilikinya sementara yang lainnya tidak. Para peneliti telah menemukan bahwabeberapa bagian dari otak yang terlibat berperan  dalam ketakutan dan kecemasan. Dengan belajar lebih banyak tentang ketakutan dan kecemasan di otak, para ilmuwan mungkin dapat menciptakan pengobatan yang lebih baik. Para peneliti juga mencari cara di mana stres danfaktor lingkungan mungkin memainkan peran.
Orang dengan fobia sosial cenderung:
Menjadi sangat cemas ketika bersama  dengan orang lain dan perasaan  yang sulit berbicara dengan mereka, meskipun mereka berharap mereka bisa dan ingin.
Sangat sadar diri di depan orang lain dan merasa malu
dan memiliki perasaant takut bahwa orang lain akan menilai mereka.
Khawatir untuk
selama beberapa hari atau minggu sebelum acara di mana orang lain akan hadir, dan akan menjadi berkeringat dan gemetar bila berada bersama disekitar orang lain. Bahkan merasa mual dan sakit perut ketika berada dengan orang lain.
Memutuskan tinggal jauh dari tempat di mana ada orang lain
Memiliki waktu yang sulit
dan lama untuk membuatpertemanan dan memelihara pertemanan.
Wanita dan pria
memiliki peluang kemungkinan yang sama terhadap gangguan phobia social ini, yang biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja awal. Ada beberapa bukti bahwa faktor genetik terlibat. Fobia sosial sering disertai dengan gangguan kecemasan lain atau depresi. Penyalahgunaan zat dapat berkembangjika orang mencoba mengobati diri sendiri untuk mengatasi kecemasan mereka.
Fobia sosial umumnya diobati dengan psikoterapi, obat-obatan, atau keduanya.

Psikoterapi. Jenis psikoterapi yang disebut terapi perilaku kognitif (CBT
: Cognitive Behaviour Therapy) sangat berguna untuk mengobati fobia sosial. Therapy ini mengajarkan orang cara berpikir yang berbeda, berperilaku, dan bereaksi terhadap situasi yangakan  membantu mereka merasa kurang cemas dan takut. Hal ini juga dapat membantu orang belajar dan berlatih keterampilan sosial.

Obat. Dokter jugamungkin meresepkan obat untuk membantu mengobati fobia sosial. Obat yang paling sering diresepkan untuk fobia sosial adalahobat anti-kecemasan dan antidepresan. Obat-obat anti-kecemasan yang kuat dan ada berbagai jenis. Banyak jenis mulai segera
bekerja, tetapi obat obatan umumnya tidak seharusnya dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Antidepresan digunakan untuk mengobati depresi, tetapi
 dapat juga membantu untuk fobia sosial. Antidepresan mungkin memakan waktu beberapa minggu untuk mulai bekerja. Beberapa dapat menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, mual, atau kesulitantidur. Efek samping ini biasanya tidak menjadi masalah bagi kebanyakan orang, terutama jika dosisnya dimulai rendah dan meningkat perlahan-lahandari waktu ke waktu.
Sangat penting untuk mengetahui bahwa meskipun antidepresan dapat aman dan efektif bagi banyak orang, mereka mungkin berisiko bagi sebagian orang, terutama anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Antidepresan dapat menyebabkan beberapa orang  memiliki pikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri atau membuat usaha bunuh diri. Siapa pun mengambil antidepresan harus diawasi dengan baik, terutama ketika mereka pertama kali memulai pengobatan dengan obat-obatan.

Tipe lain dari obat yang disebut beta-blocker dapatmembantu mengendalikan beberapa gejala fisik fobiasosial seperti keringat berlebih, gemetar,
dan berdegup kencang. Mereka paling sering diresepkan ketika gejalafobia sosial terjadi dalam situasitertentu, seperti "demam panggung."


Referensi E Book SociologyLiterature :

http://www.mediafire.com/view/4f9yv2e12tj9bcj/Handbooks_of_Sociology_of_Mental_Health.docx

Handbook of the
Sociology of Mental Health 
Carol S. Aneshensel, Jo C. Phelan
Format PDF 43.3 MB
Pages 649

klik untuk melihat daftar isi 







Link :

Social anxiety hypnosis download
Social anxiety support and forum

Isu Gender dalam Sosiologi

Sabtu, 27 Desember 2014




Kata "gender" secara leksikal berasal dari bahasa Inggris, atau"Geschlecht" bahasa Jerman), "Genre" (bahasa Perancis), "Genero" (bahasa Spanyol), yang artinya semacam jenis, ras dan kelas, dan "generare" (bahasa Latin) yang artinya prokreasi atau bisa juga bermakna ras atau jenis.

Pengertian kata "gender" dalam kamus umum bahasa Inggris, misalnya Oxford Advanced Learner s Dictionary, diartikan dengan "clasiffication of noun or pronoun as masculine  or feminine; sexual clasifficatian; sex: the male and female genders" (klasifikasi benda atau kata ganti benda sebagai maskulin atau feminin; klasifikasi seksual; seks: gender lakilaki dan gender perempuan). Sejak paling tidak abad 14, kata gender dalam bahasa Inggris digunakan dengan pengertian umum sebagaimana disebut di atas (jenis dan kelas). Dalam bahasa Perancis, Jerman dan Spanyol, seperti juga dalam bahasa Inggris, kata-kata yang terkait dengan istilah gender juga merujuk pada kategori yang bersifat gramatikal dan literer. Dalam bahasa Inggris modern dan bahasa German kata gender dan geschlecht dekat artinya dengan konsep seks, seksuality, perbedaan seks, generasi, dan prokreasi.

Gender secara umum merupakanjantung dari konstruksi dan klasifikasi sistem perbedaan. Gender sebagai sebuah konsep yang secara teoritis dipahami berbeda dengan jenis kelamin diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli sosiolog Inggris, Ann Oakley pada tahun 50an seiring dengan munculnya gelombang kedua feminisme. Konsep gender sebagai sebuah kategori sosial, kultural historis dan politis mulai dianggap penting pada tahun 70an.

Dalam khasanah ilmu-ilmu sosial istilah gender digunakan dengan makna khusus yang secara fundamental berbeda dengan jenis kelamin yang bersifat biologis. Hampir semua teori tentang gender dan argument yang dikemukakan didasarkan pada pembedaan yang bersifat konseptual antara jenis kelamin yang bersifat biologis dan gender yang bersifat sosial.

Berdasarkan pada pembedaan tersebut, berbagai argumentasi feminis menunjukkan bahwa, secara umum, posisi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam jaringan relasi sosial dan politik bukan disebabkan oleh perbedaan anatomis biologis mereka. Perbedaan posisi laki'laki dan perempuan merupakan sebuah konstruksi sosial yang tidak bersifat kodrati. Gender Iantas digunakan sebagai sebuah alat teoritis yang efektif, yang menyediakan cara untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi sejumlah mekanisme sosio-kultural dan berbagai instrument yang melahirkan apa yang disebut "perempuan" dan "feminitas". Gender adalah konstruksi sosial, bukan sesuatu yang bersifat biologis.'' Konsep gender mengacu pada perbedaan'perbedaan antara perempuan dengan laki-laki yang merupakan bentukan sosial.' Perbedaan gender adalah perbedaan yang dibangun secara sosial kultural, yang terkait dengan perbedaan status, sifat, peran, maupun tanggung jawab laki-laki dan perempuan.

Identitas gender merupakan aspek primer dari identitas sosial dan personal seseorang dan dibentuk sejak seorang anak manusia terlahir dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Identitas gender bermula dari bagaimana seorang bayi ditangani, diperlakukan dan diajak berkomunikasi. Seorang bayi perempuan biasanya diberikan pakaian dan nuansa kamar yang didominasi warna pink dan mainan serba boneka, sementara bayi laki-laki dilekatkan dengan warna biru dan mainan mobil, pistol, dan mainan lain yang yang secara kuItural melambangkan "kelelakian". Seorang bayl laki-laki ketika menangis akan dibisiki "laki-laki tidak boleh menangis, laki-laki harus kuat dan berani!", sementara ketika seorang bayi perempuan menangis komentar yang muncul berbeda "perempuan memang cengeng". Perlakuan yang berbeda tersebut seolah mendapatkan penegasan dan legitimasi kultural ketika kemudian bayi-bayi tersebut tumbuh menjadi sosok-sosok sebagaimana bisikan-bisikan dan perlakuan yang terus dilanggengkan sepanjang perjalanan hidupnya. Tentu saja, karena pertumbuhan seorang anak manusia akan sangat tergantung pada bagaimana lingkungan membentuknya.

Isu gender menjadi agenda penting dari semua pihak, karena realitas perbedaan gender yang berimplikasi pada perbedaan status, peran dan tanggung-jawab antara manusia laki-laki dan perempuan seringkali menimbulkan apa yang disebut dengan ketidakadilan gender atau diskriminasi maupun penindasan. Ketidakadilan ini dapat terjadi di berbagai bidang kehidupan, baik dalam wilayah domestik maupun publik, dalambidangpendidikan, kesehatan, keamanan, ekonomi, politik, maupun pembangunan secara lebih luas. Problem ketidakadilan gender ini dalam banyak kasus menjadi isu yang cukup sensitifdan tidak mudah dipecahkan, terutama ketika terkait dengan doktrin agama, atau bahkan seolah-olah mendapatkan legitimasi teologis.

klik di sini : Referensi E Book Tentang Kesetaraan Gender dan Feminism

Link Gerakan Perempuan Indonesia Untuk Kesetaraan Gender, 
Perlindungan Perempuan dan Anak :

Koalisi Perempuan Indonesia 
http://www.koalisiperempuan.or.id 

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga 
http://www.pekka.or.id 
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap  Perempuan 
http://www.komnasperempuan.or.id 
Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita

http://www.ppsw.or.id
Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia
Institut Kapal Perempuan
http://www.kapalperempuan.org
Institut Pelangi Perempuan
Yayasan Jurnal Perempuan
Kalyanamitra
Kamenterian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
http://www.kemenpppa.go.id
Komunitas Single Parent Indonesia
http://perempuan.or.id
Pendampingan Korban Tindak Perdagangan Orang
http://www.gugustugastrafficking.org
Yayasan Pusaka Indonesia
http://www.pusakaindonesia.or.id
Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia
http://pusatriset.ui.ac.id/pusatriset/?page_id=348
RAHIMA Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak Hak Perempuan
http://www.salimah.or.id
Solidaritas Perempuan
http://www.suaraperempuan.or.id
Women Research Institut Library
http://library.wri.or.id/index.php
Yayasan Kesehatan Perempuan
http://www.pulih.or.id
Yayasan Sayap Ibu
http://sayapibujakarta.org
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia
http://www.ykai.net
Semarak Cerlang Nusa (Consultans, Research, Education for Social Transformation)
http://www.scn-crest.org